Daftar Isi
KATA
PENGANTAR
A.
PENDAHULUAN................................................................................................ 1
B.
PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
1.
Pengertian
Tarekat.............................................................. 2
2.
Tujuan
Adanya Tarekat..................................................... 3
3.
Sejarah
dan Perkembangan Tarekat................................. 4
4.
Perkembangan
Tarekat di Indonesia................................. 5
C.
KESIMPULAN..................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat hidayah-Nya, kegiatan
penyusunan makalah dapat terlaksana dengan baik.
Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu kegiatan proses belajar-mengajar dalam kampus STAIN
Padangsidimpuan, dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan yang bernuansa Islami. Makalah yang berjudul
TAREKAT ini menyajikan tentang jalan para sufi untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt. Makalah ini berasal dari
kumpulan berbagai buku dan situs yang kami cari, kemudian sedemikian rupa kami
singkat menjadi sebuah makalah.
Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar yang
telah memberikan kami bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, semoga Allah meridhoi kegiatan penyusunan makalah ini dan memberikan manfaat bagi kita semua
yang membacanya.
A.
Pendahuluan
Dalam ilmu Tasawuf diterangkan, bahwa arti “Tarekat” itu ialah jalan atau petunjuk dalam melakukan
sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
Dan dikerjakan oleh sahabat-sahabat Nabi, Tabiin dan Tabiin-Tabiin
turun-menurun sampai kepada gurguru/ulama-ulama sambung-menyambung dan
rantai-berantai.
Ilmu Tasawuf menerangkan: bahwa “syariat” itu hanyalah
peraturan-peraturan belaka, “tarekatlah” yang merupakan perbuatan untuk
melaksanakan syariat itu. Apabila “syariat” dan “tarekat” itu sudah dikuasai,
maka lahirlah “hakekat” yang tidak lain daripada perbaikan keadaan dan ahwal,
sedang tujuan ialah “ma’rifat” yaitu mengenal Tuhan dan mencintai-Nya yang
sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Nabi Muhammad saw bersabda, “syariat itu perkataanku, Tarekat
itu perbuatanku dan hakekat itu ialah kelakuanku”.
Demikanlah, para sufiyah membuat sistem “tariqah”, mengadakan
latihan-latihan jiwa, membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang
tercela/mazmumah dan mengisinya dengan
sifat-sifat terpuji/mahmudah dan memperbanyak zikir dengan penuh ikhlas
semata-mata untuk memperoleh keadaan “tajalli” yakni bertemu dengan Tuhannya
sebagai bagian terakhir dan terbesar.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian
Tarekat
Asal kata tarekat dalam bahasa Arab ialah “thariqah” yang
berarti jala, keadaan, aliran atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan
yang ditempuh para sufi. Dapat pula digambarkan sebagi jalan yang berpangkal
dari syari’at, sebab jalan jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan
disebut “thariq”.[1]
Menurut Abu Bakar Aceh, Tarekat ialah jalan, petunjuk dalam
melaksanakan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan
oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-menurun sampai kepada
guru-guru, atau suatu cara mendidik, mengajar, lama-kelamaan meluas menjadi
kumpulan kekeluargaan yang mengikat penganut-penganut sufi yang sepahamdan
sealiran, guna memudahkan menerima ajaran-ajaran dan latihan-latihan dari para
pemimpinnya dalam suatu ikatan.
Jadi yang dimaksud Tarekat ialah suatu sistem dan cara-cara beramal
atas Irsyad seseorang mursyid terhadapa murid-muridnya yang mengikat dalam
suatu mazhab tertentu yang pada dasarnya untuk menjalankan sunnah Rasulullah
saw secara optimaldan sungguh-sungguh.[2]
Sufi-sufi yang melakukan Tarekat menggambarkan dirinya yang sedang
mencari Tuhan bagaikan pengembara (salik). Mereka melangkah maju dari satu
tahap ke tahap berikutnya. Tahapan-tahapan itu mereka menyebutnya dengan
“maqamat”.Jalan yang mereka tempuh disebut “thariqah”. Tarekat atau
jalan sufi ini begitu penting sehingga seringkali Ilmu Tasawuf disebut juga
dengan ilmu suluk.[3]
2. Tujuan
Adanya Tarekat
Tarekat adalah jalan atau petunjuk
dalam melakukan sesutu ibadah sesuai dengan agarna yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW, dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabiin secara berantai
sampai pada masa kita ini.
Lebih khusus lagi tarekat dikalangan
sufiyah berarti sistem dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri
dari sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan
memperbanyak dikir dengan penuh ikhlas semata-mata untuk mengharapkan bertemu
dengan dan bersatu secara ruhiyah dengan tuhan.[4]
Jalan dalam tarekat itu antara lain
terus-menerus berada dalam zikir atau ingat terus kepada Tuhan, Dan
terus-menerus menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan.
Harun nasution mengatakan tarekat
ialah jalan yang harus di tempuh oleh seorang sufi dalam tujuan berada sedekat
mungkin dengan tuhan.[5]
Hamka mengatakan bahwa diantara makhluk dan khalik itu ada perjalan hidup yang
harus ditempuh, inilah yang kita katakan tarekat.[6]
Dengan memperhatikan berbagai
pendapat tersebut diatas, kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
tarekat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya
berisi amalan ibadah dan lainnya bertemakan menyebut nama Allah dan
sifat-sifatnya disertai penghayatan yang mendalam. Amalan dalam tarekat ini
ditujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan
Tuhan.
3. Sejarah dan Perkembangan Tarekat
Menurut Hamka tarekat yang pertama
kali muncul adalah tarekat Thaifuriyah pada abad ke-9 Masehi di Persia sebagai
suatu lembaga Pengajaran Tasawuf. Tarekat tersebut dinasabkan kepada Abu Yazid
al-Busthami karena pahamnya bersumber dari ajaran Abu Yazid, pendapat ini dapat
diperkuat dengan kenyataan bahwa tarekat-tarekat yang muncul di Persia terutama
daerah Hurazon, pada umumnya menganut paham Bayazid.
Sejarah islam menunjukan bahwa
tarekat-tarekat sejak bermunculan pada abad ke-12 (abad ke-6 H), mengalami
perkembangan pesat. Dapat dikatakan bahwa dunia islam sejak abad berikutnya
(1317 H),pada umumnya dipengaruhi oleh tarekat. Tarekat-tarekat tampak memegang
peranan yang cukup besar dalam menjaga eksistensi dan ketahanan umat islam,
setelah mereka dilabrak secara mengerikan oleh gelombang-gelombang serbuan
tentara Tartar ( kota Bagdad dimusnahkan tentara Tartar itu pada 1258 M atau
656 H). Sejak penghancuran demi penghancuran yang dilakukan oleh tentara Tartar
itu, islam yang diperkirakan akan lenyap, tetapi mampu bertahan, bahkan dapat
merembes memasuki hati turunan para penyerbu itu dan memasuki daerah-daerah
baru. Pada umumnya sejak kehancuran kota Bagdad para anggota tarekatlah yang
berperan dalam penyebaran islam. Tarekat-tarekatlah yang menguasai kehidupan
umat islam selama zaman pertengahan sejarah islam (abad ke-13 samapi abad ke-18
atau ke-17 sampai 12 H). Pengaruh tarekat mulai mengalami kemunduran, serangan-serangan
terhadap tarekat yang dulunya dipelopori oleh Ibnu Taimiyah (w. 1327 M/ 1728)
terdengar semakin gencar dan kuat pada masa modern. Tokoh-tokoh pembaharu dalam
dua abad terakhir ini pada umumnya memandang bahwa salah satu diantara
sebab-sebab mundur dan lemahnya umat islam adalah pengaruh tarekat yang buruk,
antara lain menumbuhkan sikap taqlid, sikap fatalistis, orientasi yang
berlebihan kepada ibadah dan akhirat, dan tidak mementingkan ilmu pengetahuan.
Ada banyak Aliran-aliran Tarekat di
Dunia Islam.
Dari sekian banyak tarekat yang pernah muncul
sejak abad ke-12 (abad ke-6 H) itu antara lain :
- Tarekat Qadiriyah, (dihubungkan kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, yang wafat di Irak pada 1161 H) yang mempunyai penganut di Irak, Turki, Turbekistan, Sudan, Cina, India, dan Indonesia.
- Tarekat Syadziliah, (dihubungkan kepada Syekh Ahmad Asy-Syadzili, yang wafat di Mesir pada 1258 M), yang mempunyai pengikut di Mesir, Afrika Utara, Syiria, dan Negri-negri Arab lainnya. Pokok-pokok ajarannya antara lain :
- Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
- Mengikuti sunnah dalam segala perkataan dan perbuatan
- Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dari waktu membelakangi
- Kembali kepada Allah diwaktu senang dan susah[7]
- Tarekat Rifaiyah, (dihubungkan kepada Syekh Ahmad Ar-Rifai, yang wafat di Mesir pada 1182 M), yang mempunyai pengikut di irak dan di Mesir.
- Tarekat Naqsabandiyah (dihubungkan kepada Syekh Bahaudin Naqsabandi yang wafat di Bukhara pada 1389 M), yang mempunyai pengikut di Asia Tenggara, Turki, India, Cina, dan Indonesia. Ciri-ciri tarekat Naqsabandiah antara lain :
- Berpegang teguh kepada aqidah ahlusunnah
- Meningggalkan ruqsah
- Memilih hokum-hukum yang azimah
- Senantiasa dalam muraqabah
- Tetap berhadapan dengan Tuhan
- Menghasilkan malakah hudhur (menghadirkan Tuhan dalam hati)
- Menyendiri ditengah keramaian serta menghiasi diri dengan hal-hal yang memberi faedah
- Berpakaian dengan pakaian mukmin biasa
- Zikir tanpa suara[8]
- Tarekat Syatarriyah, (dihubungkan kepada Syekh Abdullah Asy-Sattari yang wafat di india pada 1236 M), yang mempunyai pengikut India dan Indonesia.[9]
4.
Perkembangan
Tarekat di Indonesia
Berbicara tentang tarekat di
Indonesia tentu tidak akan bisa lepas dari agama Islam berasal. Islam
berasal dari jazirah Arab dibawa oleh Rasulullah, kemudian diteruskan masa
Khulafa ar-Rasyidin ini mengalami perkembangan yang pesat. Penyebarluasan Islam
ini bergerak ke seluruh penjuru dunia. Islam datang membawa rahmat bagi seluruh
umat manusia.[10]
Pembahasan tentang tarekat
kadang dibingungkan dengan istilah ‘tasawuf’ dan ‘sufi’. Dalam tradisi
pesantren Jawa, istilah tasawuf dipakai semata-mata dalam kaitan aspek
intelektual dari suatu tarekat. Sedangkan tarekat itu sendiri lebih mengarah
pada pengertian yang bersifat etis dan praktis. Sedangkan sufi, biasanya
dialamatkan kepada orang yang menjalani kegiatan tarekat tersebut.[11]
Kekurangan informasi yang
bersumber dari fakta peninggalan agama Islam. Para kiai dan ulama kurang dan
bahkan dapat dikatakan tidak memiliki pengertian perlunya penulisan sejarah.[12]
Tidaklah mengherankan bila hal ini menjadi salah satu sebab sulitnya menemukan
fakta tentang masa lampau Islam di Indonesia. Islam di Indonesia tidak
sepenuhnya seperti yang digariskan Al-Qur’an dan Sunnah saja, pendapat ini
didasarkan pada kenyataan bahwa kitab-kitab Fiqih itu dijadikan referensi dalam
memahami ajaran Islam di perbagai pesantren, bahkan dijadikan rujukan oleh para
hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan pengadilan agama.[13]
Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap :
Pertama, Islam disebarkan
oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia disekitar
pelabuhan (Terbatas).
Kedua : datang dan
berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di
Fhilipina, sampai abad XIX M;
Ketiga : Tahap
liberalisasi kebijakan pemerintah Kolonial, terutama Belanda di Indonesia.[14]
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, yang memungkinkan
terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadikan pengaruh
luar tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan
dengan budaya yang dimilikinyam, maka lahirlah dalam bentuk baru yang
khas
Indonesia.
Misalnya : Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang
disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya
yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama
wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam
berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan.
Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat
Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh
kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh
rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya.[15]
C. KESIMPULAN
Dari pembahsaan di atas dapat kita
simpulkan bahwa tarekat, adalah dimana suatu jalan yang ditempuh oleh seseorang
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, kemudian didalam pelaksanaan
tarekat itu sendiri ada berbagai macam cara dan sangat beraneka ragam antara
tarekat yang satu dengan tarekat yang lainnya, diantaranya dengan metode, wirid
atau dikir yang keras, tarian, ratib, dan dengan musik.
Kemudian untuk munculnya tarekat itu
sendiri yaitu pertama kali muncul di Persia, pada abad ke-9 Masehi. Secara umum
muncul pada abad ke-12 (abad ke-6 H), mengalami perkembangann pesat.
Dapat dikatakan bahwa dunia islam sejak abad berikutnya (1317 H), kemudian
pengaruh tarekat mulai mengalami kemunduran, serangan-serangan terhadap tarekat
yang dulunya dipelopori oleh Ibnu Taimiyah (w. 1327 M/ 1728) terdengar semakin
gencar dan kuat pada masa modern. Kemudian beberapa penyebab kemundurannya
tarekat yaitu lemahnya islam itu sendiri dan aliran sebuah tarekat yang buruk,
antara lain menumbuhkan sikap taqlid, sikap fatalistis, hingga menimbulkan
perselisihan, saling memementingkan pendapat masing-masing yang tentunya hal
tersebut sangatlah patal sekali bagi keberadaan tarekat tersebut hingga
akhirnya banyak tarekat yang menyimpang.
Beberapa tarekat yang pernah ada
antara lain: Tarekat Qadiriyah,Tarekat Syadziliah, Tarekat Rifaiyah, Tarekat
Syatarriyah, dan masih banyak lagi tarekat yang lainnya yang tentu sangat
beraneka ragam keberadaannya.
Kemudian tujuan tarekat itu sendiri
yaitu suatu sistem atau suatu cara dalam rangka mengadakan latihan jiwa,
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat
yang terpuji dan memperbanyak dikir kepada Allah SWT, dengan penuh ikhlas
semata-mata untuk mengharapkan bertemu dengan dan bersatu secara ruhiyah dengan
Tuhan sebagaimana yang contohkan oleh Rasulluah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
DR. Rosihan
Anwar,M.Ag, Ilmu Tasawuf, Pustaka Setia : Bandung, 2004
Damanhuri
Basyir,M.Ag, Ilmu Tasawuf, Yayasan Pena : Banda Aceh, 2005
DR.H.Akbarizan,MA.MPd,Tasawuf
Integratif Pemikiran dan Ajaran Tasawuf di Indonesia, Suska Press : Riau, 2008
Mustafa Zahri, Kunci
memahai Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu : Jakarta, 1995.
Harun Nasution, Falsafah
dan Mitisisme dalam Islam, Bulan Bintang : Jakarta, 1963
A.J. Arbery. Sufisme. London : George Allen & Unwin Ltd.
1963 (http://hendrakomara.wordpress.com/2011/05/08/makalah-tarekat/)
Solihin, M, Akhlak Tasawuf, Penerbit Nuansa :
Bandung, 2005
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, PT Rajagrafindo Persada
: Jakarta, 2000
Ahmad Mansur Suryanegara,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan
Islam di Indonesia, Penerbit Nuansa : Bandung, 2005
Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakara : Rajawali Press,
2004
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam”, Bandung : Pustaka Bani Quraisy ,1995
[1]
DR. Rosihan Anwar,M.Ag, Ilmu Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung,2004, hlm 165
[2] Damanhuri
Basyir,M.Ag, Ilmu Tasawuf, Yayasan Pena, Banda Aceh,2005, hlm 60
[3]
DR.H.Akbarizan,MA.MPd,Tasawuf Integratif Pemikiran dan Ajaran Tasawuf di
Indonesia,Suska Press, Riau,2008, hlm 9-10
[8]
Solihin, M, Op. Cit, hlm 247
[9]
Nata, Abudin, 1996. Akhlak Tasawuf, PT Rajagrafindo Persada : Jakarta
[12] Ahmad Mansyur
Suryanegara ,Menemukan Sejarah Rencana Pergerakan Islam
di Indonesia, Nuansa Bandung : 2005 hlm 73
[13] Ajid
Thohir Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam
Jakarta:Rajawali Press, 2004, hlm
292
0 komentar:
Posting Komentar