DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN......................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................ 1
A.
Pengertian
Hadist.................................................................. 1
B.
Unsur-unsur
hadist................................................................ 2
C.
perkembangan
ulumul hadist pada periode klasik ............ 4
D.
Perkembangan
ulumul hadist pada periode pertengahan.. 6
E.
Perkembangan
ulumul hadist pada peridoe modern.......... 7
Kesimpulan....................................................................................... 10
Daftar Pustaka................................................................................. 11
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat hidayah-Nya, kegiatan
penyusunan makalah dapat terlaksana dengan baik.
Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu kegiatan proses belajar-mengajar dalam kampus STAIN
Padangsidimpuan, dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan yang bernuansa Islami. Makalah yang berjudul PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL
HADIST PADA MASA KLASIK, PERTENGAHAN DAN MODERN ini menyajikan tentang jalan para sufi untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt. Makalah ini berasal
dari kumpulan berbagai buku dan
situs yang kami cari, kemudian
sedemikian rupa kami singkat menjadi sebuah makalah.
Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar yang
telah memberikan kami bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, semoga Allah meridhoi kegiatan penyusunan makalah ini dan memberikan manfaat bagi kita semua
yang membacanya.
Pendahuluan
Kita
ketahui bahwasanya hadist merupakan sumber sumber ajaran Islam yang kedua
setelah al-Qur’an. Keberadaan hadist disamping telah mewarnai masyarakat dalam
kehidupan juga telah menjadi bahasan kajian yang menarik. Hadist mengandung
makna dan ajaran serta memperjelas kandungan al-Qur’an dan lain sebagainya.
Para peneliti dan ahli hadist telah berhasil mendokumentasikan hadist baik
kepada kalangan masyarakat, akademis, penelitian hadist tersebut telah membuka
peluang untuk mewujudkannya suatu kajian disiplin Islam, yaitu bidang study
Ulumul Hadist.
Maka
dalam makalah ini, penulis menyajikan tentang “PENGERTIAN
DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADIST PADA MASA KLASIK, PERTENGAHAN DAN MODERN”
, semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi semuanya, terutama bagi
penulis. Amin.
Pembahasan
A. Pengertian Hadist
Secara
bahasa kata “hadist” atau al-hadist berarti sesuatu yang baru, secara
terminologi menurut ulama hadist yaitu:
“segala perkataan Nabi
SAW., perbuatan dan hal ihwalnya.”
Selain hadist terdapat
pula istilah sunnah, khabar dan atsar.
Hadist yang bermaknakan
khabar ii diisyiqaqkan dari tahdits yang bermakna riwayat atau
ikhbar=mengabarkan. Apabila dikatakan haddatsana bi haditsin, maka maknanya
akhbarana bihi haditsun = dia mengabarkan sesuatu kabat kepada kami.[1]
v Sunnah
menurut ahli hadist yaitu:
Segala yang bersumber
dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi
pekerti, atau perjalanan hidupnya, baik sebelum menjadi rasul, maupun
sesudahnya.”
v Khabar
menurut bahasa adalah segala warta berita yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain
v Atsar
menurut sumber ulama hadist yaitu segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW., sahabat, tabi’in dan tabi’tabi’in.
Dari pengertian hadist, sunnah, khabar, dan atsar,
sebagaimana diuraikan di atas menurut sumhur ulama hadist, dapat dipergunakan
untuk maksud yang sama yaitu hadist disebut juga dengan sunnah, kahabar, atau
atsar.[2]
Hadist
atau al-hadist menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru
lawan dari al-qadim (lama) artinya
yang berarti menunjukkan pada waktu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadist
juga sering disebut dengan al-khabar,
yang
berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang
kepada orang lain, sama maknanya dengan hadist.[3]
B.
Unsur-Unsur
Pokok Hadis
1.
sanad
kata sanad menurut
bahasa adalah “ sandaran “ atau sesuatu
yang kita jadikan sandaran. Dikatakan demikian karena hadis bersandar
kepadanya. Menurut istilah , terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al- Bdarum
Bin Jama’ah dan at-tiby mengatakan bahwa sanad adalah
“berita tenteng jalan
matan”
Yang lain menyebutkan :
“silsilah orang-orang
yang (meriwayatkan hadis) yang menyampaikan kepada matan hadis”.
Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata
seperti, al-isnad, al-musnid, dan al-musnad, kata-kata ini secara terminologi
mempunyai cakupanarti yang cukup luas sebagaimana yang dikembangkan para ulama.
Kata al-isnad berarti menyadarkan mengasalkan (mengembalikan ke asal), yang dimaksud disini
ialah menyadarkan hadis kepada orang yang mengatakannya.(raf u al-hadis ila
qa’ilih atau ‘aswu al-hadis ila qa’ilih). Menurut at-tiby, sebenarnya kata
sebenarnya kata al-isnad dan as-sanad digunakan oleh para ahli hadis dengan
pengertian yang sama.
Kata al-mussnad mempunyai beberapa arti, bisa hadis yang
disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang ; Bis berarti kumpulan hadis yang
diriwayatkan dengan menyebutkan sanad-sanadnya secara lengkap seperti; musnad
al-firdaus; bisa berarti, nama suatu kitab yang menghimpun hadis-hadis dengan
sistem penyusunan berdasarkan nama-nama sahabat para perawi hadis, seperti kitab musnad ahmad; bisa jugak
berarti nama bagi hadis yang marfu’ dan muttasil (hadis yang disandarkan kepada
rasulullah saw dan sanadnya bersambung).
2.
Matan
Kata “matan” atau
“al-matan” menurut bahasa berarti mairtafa’a min al-ardi atau tanah yang
meninggi sedang mnurut istilah adalah
“Satu kalimat tempat
berakhirnya sanad”
Dengan redaksi
lain-lail; ialah:
“lafas-lafas hadis yang
didalamnya mengandung makna-makna tertentu “
Ada juga reasi yang lebih simpel lagi, yang menyebutka bahwa matan adalah ujung sanad (gayah
as-sanad). Dari semua pengertian diatas, menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan
matan ialah materi atau lafas hadis itu sendiri.
3.
Rawih
Kata “rawih” atau
ar-rawih berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadis (naqli
al-hadis).
Sebenarnya antara sanad dengan rawi itu merupakan dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hais pada tiap-tiap tabaqahnya, juga disebit rawih,
jika yang dimaksud dengan rawih adalah orang yang meeriwayatkan dan memindahkan
hadis. Akan tetapi yang membedakan antara awi dengan sanad, adalah terletak
pada pembukuan atau pentadwinan hadis. Orang yang menerima hadis dan kemudian
menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, disebut dengan perawi, dengan demikian,
maka perawi dapat disebut mudawwin ( orang yang membukukan dan menghimpun
hadis)
Untuk lebih jelas dapat membedakan antara sanad, rawi, dan
matan sebagai mana yang diuraikan diatas dapat dilihat melalui hadis berikut
ini yang sekira-kira artinya:
Telah menceritakan
kepadaku muhammad bin-ma’murbin rabi’I al-qaisi, katanya telah menceritakan
kepadaku Abu Hisyam al-mahjumi dari Abu al-wahid yaitu ibn jiyat katanya :
telah menceritakan kepadaku usman bin hakim , katanya telah menceritakan
kepadaku muhmad bin al-munkadir, dari amran dari usman bin affan ra. Ia berkata
barabng siapa yang berwudu’ dengan sempurna (sebaik-baiuknya wudu’) keluarlah
dosa-dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah kukunya.
Dari
nama muhammad bin ma’mur bin rabi’I al-qaisi sampai sampai dengan usman bin
affan ra. Adalah sanad dari hadis
tersebut . mulai kata man tawadda’a sampai dengan kata tahta azfarih, adalah
matannya. Sedang imam muslim yang dicatat dalam ujung hadis perawihnya, yang
jugak diseb dengan mudawin.[4]
C. Sejarah perkembangan pemikiran
ulumul Hadist pada periode Klasik
Hadist
sebagai suatu informasi, memiliki metodoliogi untuk menentukan keotentikan
periwayatannya yang dikenal dengan Ulum al- Hadist, yang merupakan bentu
manajemen infomasi. Hanya saja, pada masa Rasulullah SAW sampai sebelum
pembukuan Ulumul Al-hadist istilah Ulum al-hadist, jelas belum ada. Akan tetapi
prinsip-prinsip yang telah berlaku pada masa itu sebagai acuan untuk menyikapi
suatu informasi yang telah ada.
v Masa
Rasulullah SAW sampai Masa Khulafaur Rasyidin
·
Rasul
SAW adalah guru sunnah terbaik. Sejumlah penulis ulumul al- hadist
mencatat metode yang dipakai Rasul SAW dalam mengajarkan ilmu (sunnah). Husn
at-tarbiyah wa ta’lim
·
Tadarruj
·
Tanwi’ wa taghyir
·
Tathbiq al-‘amali
·
Mura’ah al-mustawayat al-mukhtalifah
·
Taisir wa ‘adam at-tasydid[5]
Prinsip-
prinsip Ulum Al-hadist pada masa rasul sampai masa Khulafa Arrasyidin adalah
verifikasi, penyedikitan riwayat, kehati-hatian dalam menrima dan menyampaikan
riwayat, dan pemberlakuan sumpah.
Verifikasi
terhadap sumber dari rasul telah diajarkan beliau kepada para sahabat ketika
mendapatkan informasi dari seseorang. Sebgaimana penah terjadi pada masa rasul
bahwa serang laki-laki datang kepada suatu kaum tersebut. Akan tetapi setelah
kaum itu melakukan verifikasi kepada rasul terbukti bahwa orang itu telah
berdusta. Kasus ini adalah ketika Umar bin Khattab mendengar bahwa rasul telah
menceraikan istri-istrinya.
Perlakuan
tersebut, dalam kaidah Ulum al- hadist adalah sesuatu yang harus diluruskan
untuk memprtegas suatu informasi. Penyelidikan qalil ar-riwayah mulai berlaku
setelah rasul wafat atau pada masa sahabat sebagai usaha untuk menangkal
banyaknya hadist palsu dan kebohongan yang mengatas namakan Rasulullah SAW.
Selain itu, ada pemikiran dari sebagian sahabat bahwa rasul telah melarang
penulisan hadist yang membuat tersendatnyaperiwayatan hadist.
v Masa
Khulafa Arrasyidin sampai pemisahan dari hadis
Setelah
Masa Khulafa Arrasyidin, khususnya pada munculnya kekacauan politik sebelum dan
sesudah mas Ali, banyak muncul riwayat yang di identifikasi sebagai riwayat maudhu. Usaha penangkalannya adalah
dengan melakukan seleksi terhadap setiap informasi yang muncul sebagai usaha
kegati-hatian dalam menerimanya, baik dengan cara-cara yang telah dilakukan
oleh para sahabat sebelimnya, yaitu metode sumpah, atau dengan melakukan
evaluasi terhadap para penyampai riwayat (rawi).
Oleh
sebab itu, pada masa ini isnad menjadi sesuatu yang sangat penting, sampai
ajhirnya uji sahih isnad menjadi suatu yang mesti dalam menyeleksi suatu
kebenaran suatu informasi. Kedudukan isnad dalam Islam telah menjadi bagian
dari ilmu-ilmu agama dan menjadi sumber kebanggaan masyarakat muslim.
D. Sejarah perkembangan pemikiran
ulumul Hadist pada periode Pertengahan
Masa
Ibn Shalah, disebut Nur Ad-Din itr, adalah
masa kesempurnaan pertama karena Ibnu Shalah dianggap sebagai tokoh yang
menyusun ulumul hadist yang sistematis dan mencakup seluruh pembahasan ulumul
hadist. Tokoh-tokoh setelah Ibn Shalah banyak yang mengikuti atau merujuk
karyanya.oleh sebab itu karya yang muncul setelah Ibn Shalah berupa syar, ikhrisyar, nazham, nuqat atau naqdi, hasyiyah, atau talkhis.
Untuk
melihat beberapa jauh pengaruh pemikiran ulumul hadist Ibn Shalah terdapat tokot-tokoh setelahnya. Antara
lain:
1.
Imam Muhyi Ad-Din bin Syarf An-Nawawi
An-Nawawi
memiliki karya ulumu hadist yang menginduk kepada kitab asal karya Ibn Shalah,
yaitu Irsyad Thulab Al-Haqaiq ila
ma’rifat sunan khair Al-Khaliq. Kemudian kitab beliau ikhtisar kembali yang
diberi nama At-Taqrib wa At-Taysyir li Ma’rifat Sunan Al-Basyir An-Nadzir, dan
ikhtisyarnya lebih masyhur kembali dari Al-Irsyad. Sebagai salah satu bukti
bahwa At-Taqrib menjadi lebih masyhur dari pada Al-Irsyadadalah dengan adanya
kitab yang menjadi Syarh At-Taqrib, yaitu syarh Taqrib An-Nawawi, karya
Al-Iraqi dll.
Manhaj
An-Nawawi dalam penyusunan Al-Irsyad, sebagaimana dijelaskan dalam
muqaddimahnya bertujuan:
·
Memberikan penjelasan dengan ungkapan
yang sangat mudah dimengerti oleh pembaca
·
Meringkas dengan menghilangkan
ungkapan-ungkapan yang dianggap tidak perlu
·
Mejaga tujuan dari kandungan kitab Ibn
Shalah sebagaimana tujuan yang diinginkan penyusunnya
·
Menambah beberapa faedah yang dianggap
perlu untuk emberikan penjelasan, yaitu dengan memberikan submasalah.
Semua yang dilakukan
An-Nawawi merupakan keistimewaan karyanya.
E. Sejarah perkembangan pemikiran
ulumul Hadist pada periode Modern
Periode
pemikiran modern dapat dinyatakan diawali oleh Ibn Taymiyah yang
mengumandangkan “terbukanya pintu ijtihad”, sebagai awal untuk memperbaharui
Islam. Akan tetapi, perkembangan selanjutnya ada pada masa Syah Waliyullah ,
Ibn Abdul Wahhab, Sayid Jamaluddin Al-Afghani, Dan Muhammad ‘Abduh.
Setelah
mengalami stagnasi, yakni dari abad ke sepuluh samapi awal abad keempat belas
hijiriyah, ulum al-hadist mengalami kebangkitan kembali dengan munculnya
karya-karya yang lebih menonjolkan sistematika penyusunan yang sesuai dengan
sistematika modern, hal tersebut dilatar belakangi oleh konflik yang terjadi
antara Timur dan Barat Yang menyentuh tataran teologis.
Pada
periode ini selain, selain munculnya kitab-kitab ulumul hadist yang mencakup seluruh kajian cabang hadist,
juga muncul kajian ulumul hadist secara khusus, yang lebih menitik beratkan
pada pemikiran, baik yang berkaitan dengan sejarah, manhaj, kritik, atau pertahanan
terhadap berbagai tuduhan yang dilontarkan untuk menilai sunnah.
Pemikiran
ulumul hadist dalam peiode ini di mulai dengan munculnya tokoh-tokoh berikut:
1.
Jamlluddin Al-Qasimi
Karya Al-Qasimi
ditujukan kepada orang-orang yang kepad mereka kitab-kitab lain dipersembahkan
dan yang sangat diharapkan para ulama, yaitu orang-orang yang memiliki lima
sifat, dan yang dominan adalah ikhlas, cerdas, dan objektif.
Karya
AL-Qasimi mencoba memberikan sistematika pengajaran yang lebih baik dan
komprehensif dengan tetap mengacu pada karya-karya awal ulumul-hadist sehingga
dapat dikatakan bahwa yang muncul pada abad ini lebih terfokus pada perubahan
sistematika penyajian serta pemecahan dari persoalan ulumul hadist yang
sebelumnya masih berserakan. Ia sendiri menyebut bahwa kitab tersebut berupa
ringkasan dari karya-karya awal yang berkaitan dengan objek buku ini, dan dari
kitab ushul pilihan, dan dari merek yang bergelut kapada fiqh As- sunnah. Dengan latar belakang seperti ini, kitab ini
mempunyai nilai lebih jika dilihat dari sumber yang dirujuknya sekligus
mengandung kelemahan.
2.
Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib
Karya
‘Ajaj Al-Khatib tentang kajian ulumul hadist adalah Ushul Al-Hadist ‘Ulumuhu wa Mushthahuhu. Krya ini dipersembahkan
oleh penulisnya sebagai peengkap dari karya sebelumnya As-Sunnah Qabla At-Tadwid. Jika dalam As-Sunnah ia membahas eksistensi As-Sunnah, dalam Ushul Al-Hadist,
ia mencoba menjelaskan kaida-kaidah utama yang berkaitan dengan cara menyikapi
eksistensi hadist sehingga dapat memisahkan antara yang diterima dan yang
ditolaknya.
‘Ajaj
Al-Khatib, mencoba merumuskan sistematika penyusunan seluruh kaidah dalam ulum
al-hadist ke dalam empat bagian (bab).
1.
Bagian pertama, ia menjelaskan pengantar
tentang hal-hal yang berkaitan dengan sunnah dalam lima fashal
2.
Bagian kedua ia menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan pembukuan hadist yang di dalamya memuat tiga fashal
3.
Bagia ketiga, ia menjelaskan ulum
al-hadist yang di dalamnya mencakup tujuh fashal
4.
Dan bagian yang keempat, ia menjelaskan
musthalah al-hadist yag di dalamnya termuat empat fashal
Karya
ini ia tutup dengan pembahasan tentang permasalahan hadist mawdhu, adab, dan majlis-majlis riwayat lal-hadist, dan diakhiri
dengan penjelasan gelar-gelar para ahli hadit dan karya-karya dalam bidang ulum
al-hadist, yang berjumlah 180 kitab.
3.
Nuruddin ‘Itr
Karya
Nuruddin adalah karya yang memiliki manhaj tersendiri, menurut penyusunnya buku
ini berusaha memaparka kaidah-kaidah ulumul hadist untuk membela hadist nabi
dan memisahkan yang sahihdari yang tidak sahih dan yang maqbul dari yang tidak
maqbul. Juga masih tujuan sekaligus manhaj umum dari buku ini adalah menjadikan
masalah ulumul hadist saling melengkapi dari yang sebelumnya tercerai berai,
serta ingin membawa pembaca kearah pemikiran yang menyeluruh dan teratur
mencakup seluruh cabang ulumul hadist.
Sistematika
yang ditawarkan Nuruddin merupakan sistematika yang khas dan baru, sebab ia
mengelompokkan berdasarkan objek kajian yang di dalmnya diungkapkan
kaida-kaidah yang menyertainya yang tersusun menjadi delapan bab.
4.
Mahmud Ath-Thahhan
Karya
Mahmud dalam bidang ulumul hadist adala Taysir Mushthalah Al-Hadist. Buku ini
disusun dengan sangat ringkas, sistematis, dan menggunakan bahasa yang sangat
mudah dimengerti, sehingga sangat cocok untuk para pemula, dalam pembhasannya,
Mahmud menggunakan sistem pointer, melipiti defenisi dan pemahamn singkat dari
setiap materi bahasan, tanpa memuat perdebatan yang terjadi dalam materi
pembahasan tersebut membuat susunan bab yang lebih rapi berdasarkan pembagia
secara umum.
Sistematika
penyusunan dimulai dengan muqaddimah yang berisi sejarah singkat tentang ulumul
hadist, kitab-kitab yang termasyur Tentang ulumul hadist, dan defenisi ulumul
hadist.[6]
Kesimpulan
Secara
bahasa kata “hadist” atau al-hadist berarti sesuatu yang baru, secara terminologi
menurut ulama hadist yaitu:
“segala perkataan Nabi
SAW., perbuatan dan hal ihwalnya.”
v Masa
Rasulullah SAW sampai Masa Khulafaur Rasyidin
·
Rasul
SAW adalah guru sunnah terbaik. Sejumlah penulis ulumul al- hadist
mencatat metode yang dipakai Rasul SAW dalam mengajarkan ilmu (sunnah). Husn
at-tarbiyah wa ta’lim
·
Tadarruj
·
Tanwi’ wa taghyir
·
Tathbiq al-‘amali
·
Mura’ah al-mustawayat al-mukhtalifah
·
Taisir wa ‘adam at-tasydid
Setelah
Masa Khulafa Arrasyidin, khususnya pada munculnya kekacauan politik sebelum dan
sesudah mas Ali, banyak muncul riwayat yang di identifikasi sebagai riwayat maudhu. Usaha penangkalannya adalah
dengan melakukan seleksi terhadap setiap informasi yang muncul sebagai usaha
kegati-hatian dalam menerimanya, baik dengan cara-cara yang telah dilakukan
oleh para sahabat sebelimnya, yaitu metode sumpah, atau dengan melakukan
evaluasi terhadap para penyampai riwayat (rawi).
Setelah
mengalami stagnasi, yakni dari abad ke sepuluh samapi awal abad keempat belas
hijiriyah, ulum al-hadist mengalami kebangkitan kembali dengan munculnya
karya-karya yang lebih menonjolkan sistematika penyusunan yang sesuai dengan
sistematika modern, hal tersebut dilatar belakangi oleh konflik yang terjadi
antara Timur dan Barat Yang menyentuh tataran teologis.
DAFTAR PUSTAKA
al-Munawar, Said Agil Husain, Ilmu Hadist, Gaya Media Pratama, Jakarta 1996
Wahid, Ramly Abdul, Studi Ilmu Hadist, Cita Pustaka Media,
Bandung 2005
Suparta, Munzier, Ilmu
Hadist, Raja Grafindo, Jakarta 2010
Dede Rudliyana, Muhammad, Perkembangan
pemikiran Ulumul Hadist dari klasik sampai modern, Pustaka Setia, Bandung
2004
Ash Shiddieqy,Teungku Muhammad
Hasbi, Sejarah & Pengantar Ilmu
Hadist, Semarang 1999
[1]
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah
& Pengantar Ilmu Hadist, 1999 Semarang, hlm 1
[2]
Prof. Dr. H. Said Agil Husain al-Munawar, M.A, Ilmu Hadist, Gaya Media Pratama, 1996 Jakarta, hlm 2
[3]
Dr. H. Munzier Suparta M.A, Ilmu Hadist, Raja
Grafindo, Jakarta 2010, hlm 1
[4] Op.Cit hlm 48
[5]
Dr. H. Ramly Abdul Wahid, MA, Studi Ilmu
Hadist, Cita Pustaka Medi, Bandung 2005, hlm 52
[6]
Muhammad Dede Rudliyana, MA. Perkembangan
pemikiran Ulumul Hadist dari klasik sampai modern, Pustaka Setia, 2004 Bandung hlm 109
1 komentar:
Casino Hotel, BW Premier Center (South Africa) - Mapyro
Casino 태백 출장안마 Hotel in B.C. 성남 출장마사지 has three guestrooms and an on-site 안성 출장샵 casino. The hotel 공주 출장샵 features over 90 gaming machines. 군산 출장샵
Posting Komentar